Malam
itu malam yang sangat gelap. Cahaya matahari yang dipantulkan oleh bulan hampir
tak terlihat karena awan mendung menutupi hampir seluruh wilayah di pulau itu.
Ditambah lagi, awan mendung itu menjatuhkan muatan airnya dengan sangat deras. Penduduk
pulau itu sama sekali tidak keluar rumah saat itu. Mereka takut akan ada
bencana yang menimpa mereka jika keluar dari rumah. Terkecuali satu orang.
Orang itu bernama Ryomo. Saat semua orang tidur dan berlindung di dalam rumah,
Ryomo malah pergi keluar menembus hujan yang sangat lebat itu. Dia pergi ke
arah sebuah tebing yang bernama Tebing Perram. Konon katanya, siapapun yang
mendatangi tebing itu akan tertimpa nasib sial. Karena itulah, di pulau itu
terdapat aturan yang melarang penduduk mendekati tempat itu. Tapi, saat ini,
malam ini, di malam saat semua penduduk berlindung di rumah masing-masing,
Ryomo yang hanya berbekal sebuah jubah nekad menembus hujan dan pergi ke tebing
itu.
Ryomo
nekad pergi ke tebing itu karena dia yakin bahwa di tebing itu terdapat sesuatu
yang sangat berharga dan dia berniat mengambilnya untuk diberikan kepada
kekasihnya, Enri yang sekarang sedang berada di luar pulau dan akan kembali
empat hari dari sekarang. Entah mengapa dia bisa seyakin itu, yang jelas karena
keyakinannya itulah dia berani menembus hujan yang sangat gelap ini.
Setelah
beberapa puluh menit dia berjalan, akhirnya Ryomo sampai di Tebing Perram itu.
Dia berhenti sejenak dan terduduk karena kelelahan. Wajar saja, dia telah
berjalan sejauh 18 kilometer untuk sampai di tebing itu. Tidak lama kemudian
dia melihat ke arah ujung tebing itu. Entah bagaimana sinar bulan menembus awan
mendung di atasnya dan menyinari sesuatu di ujung tebing itu. Dia berjalan
mendekati sesuatu itu dengan kedua lututnya karena kakinya sudah tidak kuat
berjalan. Dan yang dia temukan di ujung tebing itu adalah.... Permata yang
sangat indah! Permata yang bentuknya tidak bisa dijelaskan itu seolah tertanam
di ujung tebing itu. Ryomo pun berusaha keras menarik permata itu dengan sisa
tenaga di kedua tangannya. Dia sempat menyerah. Namun kemudian dia menatap
langit.
“AKU
BISA! AKU HARUS BISA! AKU TAKKAN MENYERAH!!” teriak Ryomo ke arah langit
mendung saat itu.
Seketika
itu pula tangannya berhasil mencabut permata itu dari ujung tebing. Dia begitu
senang dan terpana melihat permata itu berada di kedua tangannya. Dia menangis.
Dia mengalirkan air mata bahagia dari kedua matanya. Air matanya itu mengalir
dan bercampur dengan air hujan. Dia kembali menatap langit.
“AKU
BENAR-BENAR BISA!!” teriak Ryomo lagi sambil mengangat permata itu.
Tiba-tiba,
entah bagaimana tanah di belakang Ryomo retak. Retakannya semakin besar dan
semakin besar. Walaupun Ryomo berniat menyelamatkan diri, tubuhnya sudah tidak
memiliki tenaga lagi. Dia pun menyerah pada nasib. Dan akhirnya, tanah tempatnya
berpijak itu jatuh ke jurang yang berada tepat di depan tebing itu. Dia jatuh
ke dalam jurang dengan kedalaman kurang lebih 50 kilometer itu. Dia jatuh
dengan terus menggenggam permata itu dengan kedua tangannya.
“AKU
AKAN MEMBERIKAN PERMATA INI PADA KEKASIHKU! AKU TAKKAN MATI DI SINI!!”
teriaknya.
Hingga
akhirnya dia pun jatuh ke dasar jurang itu.
.......
Entah
bagaimana dia tersadar dan bangun di sebuah ruangan di rumah sakit di pusat
pulau itu.
“Dimana
aku? Kenapa aku tak bisa melihat apa-apa? Dan kenapa aku tak bisa menggerakkan
kakiku? DAN DIMANA PERMATA YANG KUMILIKI?” teriaknya saat dia sadar.
“Tenanglah.
Kau berada di rumah sakit. Matamu dibalut perban karena terluka. Dan kakimu
patah. Serta, permata yang kau maksud berada tepat di sebelahmu,” kata seorang
dokter yang berada di ruangan Ryomo.
Ryomo
meraba-raba sekitarnya. Tak lama, dia pun langsung menemukan permata itu dan
mendekapnya di dadanya. Dia pun menghembuskan nafas lega.
“Sepertinya
permata itu sangat berharga bagimu, bocah..” kata dokter itu.
“Ya!
Ini untuk kekasihku!” jawab Ryomo.
“Oh,
apakah kau mau berjalan-jalan di rumah sakit ini? Akan kuantar kau. Siapa tahu
kekasihmu itu datang,” kata dokter itu.
“Jika
boleh, terima kasih.. Tunggu! Sekarang tanggal berapa?” kata Ryomo.
“Ini
tanggal 4 Juli. Kenapa?” kata dokter itu.
“Itu
artinya hari ini kekasihku akan pulang ke pulau ini! Dok, bisakah aku
menitipkan permata ini di ruangan ini? Dan tolong bawa aku berkeliling rumah
sakit ini..” kata Ryomo.
“Tentu
saja” jawab dokter itu singkat.
Dokter
itu pun membawa Ryomo berkeliling rumah sakit dengan kursi roda. Lalu mereka
pun berhenti sejenak di depan meja resepsionis karena sang dokter harus
bercakap-cakap dengan resepsionis sebentar. Sepertinya ada hubungan di antara
mereka.
Tiba-tiba,
ada seorang gadis yang berlari ke arah Ryomo dan langsung memeluknya. Ryomo
yang tidak tahu itu siapa langsung menggerakkan tangannya dan mulai meraba-raba
wajah gadis itu. Ryomo pun tersenyum, yang berarti dia sudah mengetahui siapa
gadis itu.
“Kau,
gadis yang sangat kusayangi yang baru pulang, bukan? Sayang sekali aku tak bisa
melihat wajah cantikmu itu pagi ini,” kata Ryomo.
Benar.
Gadis itu adalah Enri, kekasih Ryomo. Dia yang pulang dari luar pulau itu
langsung menuju ke rumah sakit ini untuk melihat keadaan Ryomo.
“Mengapa
kau jadi begini? Apa yang terjadi padamu?” tanya Enri.
“Aku
akan kembali sehat dua hari lagi. Lalu aku akan menemuimu di pelabuhan dan
menjelaskan semuanya. Jadi, tunggulah..” kata Ryomo.
Enri
pun mengangguk dan pergi meninggalkan Ryomo.
......
Dua
hari pun berlalu. Enri menunggu di tempat yang sudah dijanjikan. Enri berniat
langsung menuju rumah sakit daripada menunggu. Tapi beberapa detik kemudian,
dia membatalkan niatnya setelah dia melihat Ryomo mendatanginya dengan kursi
roda. Enri pun langsung berlari ke arah Ryomo.
“ENRIII!!
Apa kau di sekitar sinii? Dimana kauuu?” kata Ryomo.
“Aku
di sini, Ryomo. Tepat di depanmu,” jawab Enri.
Ryomo
pun menghentikan gerak kursi rodanya.
“Sekarang,
ceritakanlah..” kata Enri.
“Mataku
terluka dan kakiku patah ini disebabkan satu hal. Tapi itu sudah tidak penting
lagi,” kata Ryomo.
“Mengapa?”
tanya Enri bingung.
Tiba-tiba
Ryomo berdiri. Dia juga melepas perban di matanya.
“Ini
semua kulakukan untuk melihat senyummu, Enri, kekasihku” kata Ryomo.
“Apa
maksudmu?” tanya Enri semakin bingung.
“Aku
ingin melihat senyum manismu itu hari ini” kata Ryomo.
“Bagaimana
aku bisa tersenyum sedangkan kau terluka?”
“Kuharap
kau akan tersenyum dengan menerima benda yang kudapatkan dengan mengorbankan
tubuhku ini” kata Ryomo sambil memberikan permata yang diperolehnya itu kepada
Enri.
“Apa
ini?”
“Peganglah
permata ini dan tersenyumlah”
Enri
pun melakukan apa yang disuruh Ryomo. Dan entah bagaimana permata itu bersinar.
Berkilau! Permata itu berkilau dengan sangat indah. Enri terpana melihatnya.
“Aku
senang kau menyukainya, Enri” kata Ryomo sambil memeluk Enri.
“Ryomo?”
“Selamat
ulang tahun, Enri.. Aku menyayangimu..” kata Ryomo.
“A..
Aku juga menyayangimu” jawab Enri sambil menangis bahagia.
Benar.
Ini adalah hari ulang tahun Enri. 6 Juli. Bahkan Enri pun lupa akan hari ulang
tahunnya. Dan Ryomo memberinya hadiah berupa permata yang berkilau dengan
sangat indah itu dan sebuah pelukan yang hangat.