Sabtu, 31 Maret 2012

NYAASAAAR~ (Chapter 8)


    Sore ini, pukul 4 sore nanti, Lucia dan keluarganya akan menaiki pesawat yang akan membawa mereka ke entah negara mana. Dan sekarang, pukul 2 siang, apa yang kulakukan?? Aku hanya berbaring di tempat tidurku yang nyaman tanpa melakukan apa-apa!! Bukankah seharusnya aku bersiap-siap menuju bandara untuk mengantarkan keberangkatan mereka? Hwaaa..!! Aku harus cepat! Bandara itu berada di bagian timur kota, bagian paling timur kota!
    Aku pun langsung berlari ke kamar mandi untuk membersihkan badanku, lalu bergegas ke luar rumah. Lalu aku berpikir, kendaraan apa yang akan kugunakan menuju ke bandara itu sehingga aku dapat lebih cepat? Lalu kulihat papan skate yang dipinjamkan oleh Hiru padaku. Dan tepat di sebelahnya, kulihat petasanku yang entah sejak kapan ada di sana. Ya, akan kucoba menggabungkan papan skate dan petasan itu sehingga menjadi kendaraan yang cepat. Ya!
    Lalu kurangkaikan papan skate dan petasan itu. Aku pun membawa skate modifikasi itu dan berlari dengan cepat menuju jalan setapak ke arah bandara. Sampai di jalan setapak, langsung kulemparkan papan skate itu ke tanah dan menaikinya. Tanpa menunggu lama, langsung kunyalakan petasan yang ada di kedua sisi papan skate itu. Dan....
    BOOM!!
    Meledaklah petasan itu dan memberi tekanan lebih sehingga papan skate yang kunaiki bisa melaju lebih cepat. Yeah! Kecepatan seperti inilah yang kusukai. Ya, sejak dulu, kecepatan identik denganku. Aku adalah kecepatan dan kecepatan adalah aku. Di sekolah, banyak yang menjulukiku “Yuta Si Angin”. Ya, sejak dulu aku sangat suka berlari. Lariku sangatlah cepat. Akulah pemegang rekor lari tercepat di sekolah. Tapi, karena lariku yang cepatnya melewati batas kecepatan manusia biasa, aku sering sekali sampai ke tempat yang tidak seharusnya kudatangi, atau lebih normal disebut tersesat.
    Sesaat, aku merasa angin yang semenjak tadi menerpaku dengan kencang sekarang berkurang. Atau lebih tepatnya, kecepatankulah yang berkurang. Kedua petasan itu mati. Ya, makin lama makin lambat dan akhirnya berhenti. Ya. Berhenti.
    Aku terdiam sejenak. Dan kurasakan angin yang tiba-tiba bertiup kencang menerpaku. Dan kulihat sebuah mesin terbang raksasa yang disebut pesawat terbang jauh di atasku. Apakah itu pesawat yang dinaiki Lucia? Atau bukan? Sial! Aku harus memastikannya. Aku harus segera sampai ke bandara. Papan skate yang sebelumnya kunaiki pun kepegang dengan erat dan aku pun berlari secepat yang kubisa. Belum lama, aku sampai di depan rumah Lucia. Dan yang kulihat di sana adalah, Lucia! Wow!
    “Yuta!” katanya dengan wajah terkejut.
    “Kau belum berangkat?” tanyaku terengah-engah.
    “Yuta! Awas!!” teriaknya tiba-tiba.
    Dia tidak menjawab pertanyaanku? Memangnya ada apa dia memperingatkanku seperti itu? Aku pun melihat ke bawah. Aku baru sadar jika aku tidak benar-benar berada di depan rumah Lucia. Aku berada di tengah jalan di depan rumah Lucia. Tunggu! Jalan!?
    “Yutaaa..!!” teriak Lucia lagi.
    Aku pun melihat ke kiri. Dan yang terlihat olehku adalah sebuah mesin yang terlihat sangat besar. Atau mungkin terlihat seperti itu karena begitu dekat denganku. Hei! Apa? Mesin? Gawat! Aku tak bisa bergerak! Sial!
    Dan kemudian, aku merasa tubuh bagian kiriku didorong oleh sesuatu yang sangat kuat yang kemudian terasa ke seluruh tubuhku. Pandanganku menjadi kabur. Dan yang terdengar olehku hanyalah teriakan histeris Lucia.
    Lalu aku tak mendengar apapun dan semua menjadi gelap.

Sabtu, 24 Maret 2012

NYAASAAAR~ (Chapter 7)


    Aku, Yuta Mori, sedang dalam perjalananku menuju rumah gadis yang kusukai, Lucia Elsie, namun malah tersesat ke taman kota dan bertemu orang yang membenciku, Hiru Pawn, yang sekaligus merupakan kekasih Fabia Inzz. Entah bagaimana sepertinya Hiru telah melemparkan sesuatu padaku yang membuatku terjatuh dan hilang kesadaran.
    Aku berusaha sadar dan membuka mataku. Begitu tersadar, yang terlihat pertama olehku adalah wajah cemas dari seorang Fabia Inzz. Aku langsung mencoba bangun, namun sepertinya bagian punggungku terluka, karena bagian itu terasa sedikit sakit.
    “Kau tak apa-apa? Punggungmu pasti sakit setelah terkena lemparan bola baseball andalan Hiru,” kata Fabia dengan lembut padaku.
    “Cih! Biarkan saja dia! Dia pantas menerimanya! Dia yang telah melukaimu!” timpal Hiru dengan nada kesal.
    “Diam! Jangan ungkit masalah itu lagi! Aku sendiri sudah memaafkannya, jadi kau seharusnya juga begitu,” kata Fabia menenangkan Hiru.
    “Hei, Fabia, aku minta maaf atas masalah itu, ya..” kataku menyesal.
    “Bukankah barusan sudah kubilang bahwa aku telah memaafkanmu?” katanya sembari tersenyum.
    Setelah itu, aku langsung berdiri. Kulihat jam besar di taman itu, yang menunjukkan waktu sudah pukul 10.16! Gawat! Aku harus cepat!
    “Hei, sebenarnya kau mau pergi kemana? Sepertinya terburu-buru,” kata Hiru tiba-tiba. Sepertinya dia menyesal telah melukai punggungku. Yah, syukurlah.
    “Aku sedang ada urusan penting yang harus kudatangi secepat mungkin,” jawabku.
    “Kalau kau butuh, aku membawa papan skate, pakailah. Kembalikan saja besok di sekolah,” katanya ramah.
    “Wow, terima kasih, Hiru!” kataku senang.
    “Ja.. Jangan salah paham.. Ini sebagai pengganti kesalahanku tadi.. Sekarang kita impas...” katanya.
    “Ya, baik...” kataku.
    Segera kuambil papan skate yang dimaksud, lalu meluncur menggunakannya secepat mungkin. Wow! Kecepatanku bertambah 1,22 kali lipat saat menggunakan papan skate ini! Hebat! Sepertinya setelah ini aku akan membeli papan skate sendiri, haha...
    Belum lama, aku sudah sampai di depan rumah Lucia. Akhirnya! Akhirnya aku sampai di rumahnya! Syukurlah... Kulihat, rumah itu begitu besar, mungkin 2 kali ukuran rumahku. Ya, sudahlah.. Kulihat lagi, di depan ada mobil dengan bagasi terbuka dan dua orang yang sedang memindahkan barang-barang ke dalam bagasi itu. Sepertinya mereka berdua orangtua Lucia. Lalu ada satu lagi wanita, yang sepertinya adalah kakak Lucia, juga membantu mereka berdua. Aku penasaran dimana Lucia...
    “Yuta? Ada apa kau datang kemari?” tiba-tiba terdengar suara dari belakangku yang tidak lain adalah suara Lucia.
    “Ah, aku kemari ingin menanyakan sesuatu padamu. Tapi sepertinya kalian sedang sibuk,” kataku.
    “Ya, kami sedang memindahkan barang-barang yang kami perlukan untuk ke luar negeri. Apa yang ingin kau tanyakan?” katanya ramah.
    “Kapan kalian akan berangkat? Lalu ada perlu apa kalian ke luar negeri?” tanyaku langsung.
    “Kami akan berangkat sore ini, salah seorang saudara kami tinggal di sana dan mengadakan sebuah acara serta mengundang kami,” jawabnya.
    “Luciaaaa...!” terdengar kakaknya memanggil.
    “Iya, kaaak...” jawab Lucia.
    Lucia pun langsung berlari ke arah kakanya. Lalu, tiba-tiba ayah Lucia mendatangiku.
    “Apakah kau Yuta Mori?” tanya beliau.
    “Iya. Ada apa, tuan?” tanyaku balik.
    “Kudengar anakku menyukaimu dan kau juga menyukainya. Apa itu benar?” kata beliau.
    “Sejujurnya, begitulah, tuan,” jawabku sedikit canggung.
    “Ya, kuharap kau bisa menjadi suami yang baik bagi anakku suatu hari nanti,” kata beliau sambil tersenyum senang lalu meninggalkanku.
    Apa artinya ini? Apakah orangtuanya telah menyetujui hubungan kami? Benarkah? Benarkah?? Benarkah???

NYAASAAAR~ (Chapter 6)


    Aku, Yuta Mori, seorang remaja yang sedang sangat bahagia karena mengetahui gadis yang kusukai, Lucia Elsie, ternyata menyukaiku. Bahkan dia mengatakannya sendiri! Wow!! Dia juga mengatakan bahwa dia dan keluarganya akan pergi ke luar negeri beberapa hari lagi. Aku penasaran dia akan ke Negara mana dan untuk tujuan apa. Dan hari ini, aku berniat menanyakannya langsung padanya di rumahnya, hari ini juga!
    Aku sudah bersiap-siap dari pagi hari. Berhubung ini Minggu, lalu lintas pasti ramai, jadi aku harus menemukan rute tercepat yang tidak terlalu ramai. Dan aku sudah mempersiapkannya. Aku menandai rute yang akan kulalui pada petaku. Dan saat waktu sudah menunjukkan pukul 9 tepat, aku langsung berlari secepat mungkin melalui rute yang sudah kutandai di peta. Menurut perhitunganku, aku akan sampai dalam waktu kurang dari 45 menit. Tapi anehnya, setelah kurasa aku telah berlari cukup lama, aku tak kunjung sampai ke rumahnya. Lalu kuhentikan langkahku dan melihat sekeliling. Dan yang kulihat, adalah taman kota! Seharusnya, taman kota tidak termasuk rute yang akan kulalui. Yang berarti, aku tersesat! Tersesat lagi!!
    Aku sempat terdiam dan berpikir sejenak. Jika ini taman kota, itu berarti aku salah berbelok di salah satu jalan tadi. Aku berpikir untuk kembali ke ruteku semula. Tapi, aku berpikir lagi, itu akan membuang-buang waktu. Lebih baik aku mencari rute lain yang sama cepatnya, tapi berawal dari tempat ini. Setelah kutentukan rute baruku, aku bersiap untuk berlari lagi.
    “Hei! Kau yang di sana! Berhenti!!” teriak seseorang di lokasi yang dekat dari lokasiku berdiri.
    Aku pun batal berlari dan mulai mencari sumber suara itu. Dan yang kulihat di sana adalah, Fabia Inzz dan kekasihnya, Hiru Pawn. Gawat! Si Hiru itu pasti akan mengejarku dan berusaha mengejarku.
    “Kau! Jangan kabur! Kuhajar kau!!” teriak Hiru.
    Tanpa mempedulikan bentakannya, aku berlari secepat mungkin.
    DUAG!!
    Sepertinya dia melemparkan suatu benda yang keras ke arahku, karena bagian belakang tubuhku terasa sangat sakit. Entah bagaimana aku langsung jatuh tersungkur dan tak tahu apa yang terjadi..
    SIAL!

Jumat, 23 Maret 2012

NYAASAAAR~ (Chapter 5)


    Aku, Yuta Mori. Siang ini, seharusnya aku bertemu dengan seseorang yang tidak lain adalah gadis yang kusukai, Lucia Elsie, di belakang sekolah. Namun anehnya, saat aku berlari ke arah lokasi itu, entah mengapa aku malah sampai ke ruang kepala sekolah.
    Aku sempat terpaku dan bingung mengapa aku sampai di tempat ini. Tapi aku langsung tersadar dan memulai berlari. Lalu tiba-tiba, ada seseorang yang menahan tanganku dari arah belakang. Lariku pun terhenti. Siapapun orang ini, dia hebat bisa membuatku berhenti berlari. Karena biasanya tak ada yang bisa menghentikanku jika aku sedang berlari.
    “Kau, Yuta Mori, bukan?” kata orang itu. Dari suaranya, bisa kupastikan bahwa dia adalah salah seorang siswa di sekolah ini.
    “Ya, ada apa?” kataku ringan tanpa menolehkan mukaku padanya.
    “Aku, Hiru Pawn, kekasih Fabia Inzz. Kudengar, kecelakaan yang terjadi padanya adalah perbuatanmu!!” bentaknya padaku.
    “Kekasih? Kukira di sekolah ini sudah tidak ada lagi yang memandang Fabia. Syukurlah, sekarang dia memilikimu,” kataku pelan.
    “Kau! Itu semua kesalahanmu! Dan, aku akan menghajarmu!!” bentaknya sembari melepaskan tangannya yang menahan tanganku lalu bersiap memukulku.
    Tanpa mempedulikannya, aku langsung berlari sekuat tenaga dan menjauh darinya. Aku tahu, walaupun aku bisa menang melawannya, itu akan memakan waktu yang tidak sebentar karena dia cukup kuat. Belum sampai semenit aku berlari, aku sudah sampai di belakang sekolah. Syukurlah, orang bernama Hiru itu tidak mengejarku. Terlebih lagi, aku melihat Lucia sudah menungguku.
    “Lucia, maaf aku terlambat. Ada sedikit masalah dalam perjalananku kemari,” kataku padanya.
    “Iya, tak apa-apa, aku juga baru sampai kemari,” katanya dengan senyuman yang sangat manis.
    “Lalu, apa yang ingin kau katakan?” tanyaku.
    “Sebenarnya, minggu depan aku dan keluargaku akan pergi ke luar negeri untuk suatu urusan,” katanya.
    “Wow..! Lalu?” tanyaku lebih lanjut.
    “Aku akan mengetakan hal ini dengan jelas sekarang....” katanya.
    “Apa?” tanyaku dengan sejuta rasa penasaran.
    “Sebenarnya,, selama ini aku... Aku.... Menyukaimu....” katanya.
    WOW!!

Kamis, 22 Maret 2012

NYAASAAAR~ (Chapter 4)


    Beberapa minggu telah berlalu sejak kejadian “itu”. Kejadian yang berupa tragedi  yang menimpa gadis terpopuler di sekolah, Fabia Inzz. Kejadian yang secara tidak langsung merupakan kesalahanku, Yuta Mori.
    Kini, atmosfer di tempat menuntut ilmu ini terasa berbeda, karena gadis terpopuler di sekolah itu menderita patah tulang kaki, tepatnya di kaki kiri. Sungguh malang nasibnya. Ya, dan sekali lagi hal itu merupakan kesalahanku. Fabia tidak lagi dipandang oleh semua orang, bahkan oleh teman-teman sepermainannya. Ditambah lagi, dia menderita trauma. Setiap dia melangkahkan kaki menuju jalan raya, dan melihat kendaraan-kendaraan melintas, dia berteriak histeris. Dan, setiap dia melihatku, dia seperti seseorang yang hilang akal dan berlari ketakutan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kini, aku benar-benar merasa bersalah padanya.
    Lalu, hari ini, entah kenapa, tiba-tiba gadis yang kusukai, Lucia Elsie, mendatangiku dan tersenyum.
    “Hai, Yuta,” katanya sambil tersenyum.
    “Ah, hai.. Ada apa, Lucia?” tanyaku.
    “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Bisakah nanti sepulang sekolah kau datang ke belakang sekolah?” katanya.
    “Ya, akan kuusahakan aku datang,” jawabku seadanya.
    “Kutunggu,” katanya sambil tersenyum manis sembari berjalan pergi menuju kelasnya.
    Tunggu! Apa yang akan dia katakan padaku? Apa? Aaaarggh..!! Aku penasaran! Aku ingin secepatnya mengetahui apa yang akan dia katakan padaku. Tapi bagaimanapun aku harus menunggu hingga bel pelajaran terakhir berbunyi.
    Saat pelajaran, aku sama sekali tak bisa memperhatikan dan memahami pelajaran apapun yang diterangkan oleh guru di depan kelas. Walaupun aku berada di ruang kelas, tapi rasanya pikiran dan jiwaku berkeliling ke tempat lain karena terus penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Lucia. Sesaat jiwaku terasa kembali, lalu kulihat jam dinding di kelasku. Masih pukul 10.16! Dan bel terakhir baru akan dibunyikan pada pukul 13.00! Terlebih lagi, saat kulihat pergerakan jarum jam itu, sedetik terasa sangaaat lamaa.. Siaaal..!! Aku tidak sabaaaarr..!!!
    Entah kenapa setelah itu aku merasa tubuh dan jiwaku mengambang di suatu dimensi yang lain. Di sana, yang terlihat adalah hamparan tanah lapang yang sangat luas. Dan terlihat sebuah pesawat di langit. Tempat apa ini?
    Belum sempat aku memikirkan tentang tempat itu, tiba-tiba tubuh dan jiwaku serasa berpindah lagi ke dimensi lain. Dan kali ini, aku mendengar sesuatu. Sesuatu yang berbunyi dengan keras. Sesuatu yang berbunyi cukup lama. Sesuatu yang baru kusadari adalah bel sekolah. Aku langsung menyadari bahwa barusan aku tertidur dan bermimpi. Tapi apa arti mimpi itu?
    Tanpa memikirkan hal itu lama-lama, mataku langsung tertuju ke arah jam dinding kelas. Dan jam itu menunjukkan pukul 13.00 yang berarti bel barusan adalah bel pelajaran terakhir. Setelah guru keluar, langsung kupegang tas punggungku dan berlari secepat mungkin menuju belakang sekolah. Tapi anehnya, walaupun aku merasa aku sudah berlari cukup jauh dan seharusnya sudah sampai di lokasi, aku malah tersesat ke ruang kepala sekolah.
    APAA!!?

Sabtu, 17 Maret 2012

NYAASAAAR~ (Chapter 3)


    Aku, Yuta Mori, yang sedang  dalam perjalanan “pura-pura tersesat” sampai kusadari bahwa aku benar-benar tersesat dan bertemu Fabia Inzz, gadis terpopuler di sekolah, yang tiba-tiba mengatakan bahwa dia menyukaiku.
    Apa yang harus kulakukan? Maksudku, apa yang akan dilakukan seluruh siswa di sekolahku jika mengetahui hal ini? Tidak! Sudah sangat jelas bahwa mereka pasti MEMBUNUHKU!! Aarghh...!! Hei! Tunggu! Dia mengatakan itu, apa dia serius? Ataukah dia hanya berusaha membodohiku?
    “Hei, apa aku salah?” tanyanya tiba-tiba yang mengakhiri lamunanku. “Kesalahan apa yang mungkin dilakukan oleh gadis berbakat sepertimu, hah?” jawabku seadanya. “Aku serius mengatakannya, lho.. Jangan anggap itu lelucon,” katanya dengan tatapan serius. “Tentu saja, aku pasti sudah tertawa jika itu sebuah lelucon,” jawabku seadanya, lagi.
    Belum sempat kami mengakhiri pembicaraan kami, langit berubah menjadi gelap seiring bunyi petir yang menyambar, dan terjadilah suatu peristiwa alam yang disebut hujan. Hujan yang sangat deras! Kami hanya bisa berlindung di bawah papan reklame sebuah ruko yang tidak lagi berpenghuni karena dia tak sempat berlari menuju ke rumahnya yang berada di ujung jalan.
    Kami pun melanjutkan pembicaraan. “Lalu, apa jawabanmu?” tanyanya tanpa basa-basi. “Entahlah, aku bingung,” jawabku tanpa basa-basi mengikutinya. “Jangan bilang kalau....” katanya. “Kalau apa?” tanyaku. “Jangan bilang kalau kau menolakku. Tidak mungkin kau menolak gadis popular sepertiku ini, kan? Maksudku, seluruh siswa di sekolah menyukaiku! Mana mungkin kau, orang yang kusukai, malah tidak menyukaiku!” katanya panjang lebar dengan sedikit emosi. “Maaf, sejujurnya, aku menyukai orang lain,” kataku pendek.
    Dia tidak menjawab. Melainkan hanya menatap wajahku sejenak dengan tatapan penuh emosi. Lalu tidak lama, dia berlari. Berlari menembus hujan deras itu! Tapi, di balik hujan deras itu, terlihat sesuatu. Suatu bayangan besar yang datang mendekat. Yang tidak lain adalah, sebuah truk!
    Selanjutnya, yang terdengar olehku adalah suara hantaman keras dan suara teriakan. Dan terlihat sesosok tubuh yang terhempas.
    APA YANG TELAH KUPERBUAT!!???

Rabu, 07 Maret 2012

NYAASAAAR~ (Chapter 2)

    Aku, Yuta Mori, sedang berpura-pura tersesat dalam perjalanan "pura-pura tersesat"ku, sampai aku sadar bahwa aku benar-benar tersesat dan bertemu seorang gadis.
    "Fabia Inzz? Kenapa kau ada di sini?" tanyaku.
    "Tentu saja, rumahku berada di ujung jalan itu. Wajar jika aku berada di sini, kan?" jawabnya langsung.
    Ini kompleks Fabia?! Seingatku, rumah Fabia berada di bagian utara kota. Dan yang seharusnya kudatangi, rumah Lucia Elsie, berada di bagian timur kota, yang berarti... AKU BENAR-BENAR TERSESAT, DAN TERSESAT JAUH!!
    Sekarang, apa yang harus kulakukan? Aku tidak tahu jalan kembali ke pusat kota, jadi akan sangat mungkin aku akan tersesat lagi jika memaksa kembali. Jika aku menanyakan rute pada Fabia, entah seberapa besar rasa malu yang akan kurasakan. Sekarang aku benar-benar bingung!
    "Hei, apa tujuanmu sampai tiba di tempat ini? Seharusnya tempat tinggalmu berada di bagian barat kota, kan?" tanyanya tiba-tiba.
    Gawat! Aku baru ingat kalau Fabia Inzz adalah siswi dengan intelejensi tinggi dan kecantikan  yang menawan. Dia gadis idola di kelas, bahkan di seluruh sekolah! Hampir 90% laki-laki di sekolah menyukainya. Walaupun begitu, dia masih belum bisa mengalahkan senyum termanis dari gadis pujaanku, Lucia Elsie.
    "Aku....." kataku pelan karena belum menemukan alasan yang akan kupakai.
    "Ya, sudahlah, alasanmu mungkin tak perlu kuketahui" jawabnya.
    "Ya, mungkin" kataku normal.
    "Hei, boleh aku mengatakan sesuatu padamu?" tanyanya tiba-tiba.
    "Apa yang akan kau katakan?" tanyaku balas.
    "Sejujurnya.... Aku menyukaimu" katanya.
    Apaa!!?

NYAASAAAR~ (Chapter 1)

    Namaku Yuta. Lengkapnya, Yuta Mori. Saat ini, aku sedang dalam sebuah perjalanan. Perjalanan menuju tempat tinggal gadis yang kusukai, Lucia Elsie. Aku berencana berpura-pura tersesat ke sana, lalu dia akan menemukanku, dan dia akan membawaku masuk ke rumahnya. Lalu......
    Ya! Aku akan menyatakan perasaanku padanya! Hari ini juga!
    Beberapa langkah lagi aku akan sampai di depan rumahnya, lalu berakting tersesat. Tapi, saat kulihat sekitarku, aku baru tersadar bahwa.... AKU TERSESAT!!
    Aku sama sekali tak mengenal tempat ini. Dimana ini? Dimana aku tadi salah jalan? Dan yang terpenting, kemana aku harus kembali? Aaargh..!! Aku binguuung...!!!
    Daripada aku bingung tanpa melakukan apapun, aku memilih berjalan lagi. Entah langkahku akan berujung kemana, yang jelas itu akan lebih baik daripada terpaku di tempat ini. Sampai tiba-tiba....
    "Hei, kau salah satu murid di kelasku, kan?" terdengar suara seorang gadis dari belakang tubuhku. Belum sempat aku menjawab, bahkan belum sempat menolehkan mukaku untuk melihat siapa itu, dia berkata lagi.
    "Ini aku, Fabia Inzz" katanya.
    APA!!???