Selasa, 05 Juni 2012

Jurang Dan Permata


            Malam itu malam yang sangat gelap. Cahaya matahari yang dipantulkan oleh bulan hampir tak terlihat karena awan mendung menutupi hampir seluruh wilayah di pulau itu. Ditambah lagi, awan mendung itu menjatuhkan muatan airnya dengan sangat deras. Penduduk pulau itu sama sekali tidak keluar rumah saat itu. Mereka takut akan ada bencana yang menimpa mereka jika keluar dari rumah. Terkecuali satu orang. Orang itu bernama Ryomo. Saat semua orang tidur dan berlindung di dalam rumah, Ryomo malah pergi keluar menembus hujan yang sangat lebat itu. Dia pergi ke arah sebuah tebing yang bernama Tebing Perram. Konon katanya, siapapun yang mendatangi tebing itu akan tertimpa nasib sial. Karena itulah, di pulau itu terdapat aturan yang melarang penduduk mendekati tempat itu. Tapi, saat ini, malam ini, di malam saat semua penduduk berlindung di rumah masing-masing, Ryomo yang hanya berbekal sebuah jubah nekad menembus hujan dan pergi ke tebing itu.
            Ryomo nekad pergi ke tebing itu karena dia yakin bahwa di tebing itu terdapat sesuatu yang sangat berharga dan dia berniat mengambilnya untuk diberikan kepada kekasihnya, Enri yang sekarang sedang berada di luar pulau dan akan kembali empat hari dari sekarang. Entah mengapa dia bisa seyakin itu, yang jelas karena keyakinannya itulah dia berani menembus hujan yang sangat gelap ini.
            Setelah beberapa puluh menit dia berjalan, akhirnya Ryomo sampai di Tebing Perram itu. Dia berhenti sejenak dan terduduk karena kelelahan. Wajar saja, dia telah berjalan sejauh 18 kilometer untuk sampai di tebing itu. Tidak lama kemudian dia melihat ke arah ujung tebing itu. Entah bagaimana sinar bulan menembus awan mendung di atasnya dan menyinari sesuatu di ujung tebing itu. Dia berjalan mendekati sesuatu itu dengan kedua lututnya karena kakinya sudah tidak kuat berjalan. Dan yang dia temukan di ujung tebing itu adalah.... Permata yang sangat indah! Permata yang bentuknya tidak bisa dijelaskan itu seolah tertanam di ujung tebing itu. Ryomo pun berusaha keras menarik permata itu dengan sisa tenaga di kedua tangannya. Dia sempat menyerah. Namun kemudian dia menatap langit.
            “AKU BISA! AKU HARUS BISA! AKU TAKKAN MENYERAH!!” teriak Ryomo ke arah langit mendung saat itu.
            Seketika itu pula tangannya berhasil mencabut permata itu dari ujung tebing. Dia begitu senang dan terpana melihat permata itu berada di kedua tangannya. Dia menangis. Dia mengalirkan air mata bahagia dari kedua matanya. Air matanya itu mengalir dan bercampur dengan air hujan. Dia kembali menatap langit.
            “AKU BENAR-BENAR BISA!!” teriak Ryomo lagi sambil mengangat permata itu.
            Tiba-tiba, entah bagaimana tanah di belakang Ryomo retak. Retakannya semakin besar dan semakin besar. Walaupun Ryomo berniat menyelamatkan diri, tubuhnya sudah tidak memiliki tenaga lagi. Dia pun menyerah pada nasib. Dan akhirnya, tanah tempatnya berpijak itu jatuh ke jurang yang berada tepat di depan tebing itu. Dia jatuh ke dalam jurang dengan kedalaman kurang lebih 50 kilometer itu. Dia jatuh dengan terus menggenggam permata itu dengan kedua tangannya.
            “AKU AKAN MEMBERIKAN PERMATA INI PADA KEKASIHKU! AKU TAKKAN MATI DI SINI!!” teriaknya.
            Hingga akhirnya dia pun jatuh ke dasar jurang itu.
            .......
            Entah bagaimana dia tersadar dan bangun di sebuah ruangan di rumah sakit di pusat pulau itu.
            “Dimana aku? Kenapa aku tak bisa melihat apa-apa? Dan kenapa aku tak bisa menggerakkan kakiku? DAN DIMANA PERMATA YANG KUMILIKI?” teriaknya saat dia sadar.
            “Tenanglah. Kau berada di rumah sakit. Matamu dibalut perban karena terluka. Dan kakimu patah. Serta, permata yang kau maksud berada tepat di sebelahmu,” kata seorang dokter yang berada di ruangan Ryomo.
            Ryomo meraba-raba sekitarnya. Tak lama, dia pun langsung menemukan permata itu dan mendekapnya di dadanya. Dia pun menghembuskan nafas lega.
            “Sepertinya permata itu sangat berharga bagimu, bocah..” kata dokter itu.
            “Ya! Ini untuk kekasihku!” jawab Ryomo.
            “Oh, apakah kau mau berjalan-jalan di rumah sakit ini? Akan kuantar kau. Siapa tahu kekasihmu itu datang,” kata dokter itu.
            “Jika boleh, terima kasih.. Tunggu! Sekarang tanggal berapa?” kata Ryomo.
            “Ini tanggal 4 Juli. Kenapa?” kata dokter itu.
            “Itu artinya hari ini kekasihku akan pulang ke pulau ini! Dok, bisakah aku menitipkan permata ini di ruangan ini? Dan tolong bawa aku berkeliling rumah sakit ini..” kata Ryomo.
            “Tentu saja” jawab dokter itu singkat.
            Dokter itu pun membawa Ryomo berkeliling rumah sakit dengan kursi roda. Lalu mereka pun berhenti sejenak di depan meja resepsionis karena sang dokter harus bercakap-cakap dengan resepsionis sebentar. Sepertinya ada hubungan di antara mereka.


            Tiba-tiba, ada seorang gadis yang berlari ke arah Ryomo dan langsung memeluknya. Ryomo yang tidak tahu itu siapa langsung menggerakkan tangannya dan mulai meraba-raba wajah gadis itu. Ryomo pun tersenyum, yang berarti dia sudah mengetahui siapa gadis itu.
            “Kau, gadis yang sangat kusayangi yang baru pulang, bukan? Sayang sekali aku tak bisa melihat wajah cantikmu itu pagi ini,” kata Ryomo.
            Benar. Gadis itu adalah Enri, kekasih Ryomo. Dia yang pulang dari luar pulau itu langsung menuju ke rumah sakit ini untuk melihat keadaan Ryomo.
            “Mengapa kau jadi begini? Apa yang terjadi padamu?” tanya Enri.
            “Aku akan kembali sehat dua hari lagi. Lalu aku akan menemuimu di pelabuhan dan menjelaskan semuanya. Jadi, tunggulah..” kata Ryomo.
            Enri pun mengangguk dan pergi meninggalkan Ryomo.
            ......
            Dua hari pun berlalu. Enri menunggu di tempat yang sudah dijanjikan. Enri berniat langsung menuju rumah sakit daripada menunggu. Tapi beberapa detik kemudian, dia membatalkan niatnya setelah dia melihat Ryomo mendatanginya dengan kursi roda. Enri pun langsung berlari ke arah Ryomo.
            “ENRIII!! Apa kau di sekitar sinii? Dimana kauuu?” kata Ryomo.
            “Aku di sini, Ryomo. Tepat di depanmu,” jawab Enri.
            Ryomo pun menghentikan gerak kursi rodanya.
            “Sekarang, ceritakanlah..” kata Enri.
            “Mataku terluka dan kakiku patah ini disebabkan satu hal. Tapi itu sudah tidak penting lagi,” kata Ryomo.
            “Mengapa?” tanya Enri bingung.
            Tiba-tiba Ryomo berdiri. Dia juga melepas perban di matanya.
            “Ini semua kulakukan untuk melihat senyummu, Enri, kekasihku” kata Ryomo.
            “Apa maksudmu?” tanya Enri semakin bingung.
            “Aku ingin melihat senyum manismu itu hari ini” kata Ryomo.
            “Bagaimana aku bisa tersenyum sedangkan kau terluka?”
            “Kuharap kau akan tersenyum dengan menerima benda yang kudapatkan dengan mengorbankan tubuhku ini” kata Ryomo sambil memberikan permata yang diperolehnya itu kepada Enri.
            “Apa ini?”
            “Peganglah permata ini dan tersenyumlah”
            Enri pun melakukan apa yang disuruh Ryomo. Dan entah bagaimana permata itu bersinar. Berkilau! Permata itu berkilau dengan sangat indah. Enri terpana melihatnya.
            “Aku senang kau menyukainya, Enri” kata Ryomo sambil memeluk Enri.
            “Ryomo?”
            “Selamat ulang tahun, Enri.. Aku menyayangimu..” kata Ryomo.
            “A.. Aku juga menyayangimu” jawab Enri sambil menangis bahagia.
            Benar. Ini adalah hari ulang tahun Enri. 6 Juli. Bahkan Enri pun lupa akan hari ulang tahunnya. Dan Ryomo memberinya hadiah berupa permata yang berkilau dengan sangat indah itu dan sebuah pelukan yang hangat.

1 komentar: